Judul : Aku Cinta Allah
Pengarang : Alwi Alatas
Penerbit : Zikrul Hakim
Peresensi : Keanu Ghaziya Putra Sanjaya
Sinopsis :
Ayah Alifa dan Nabila bercerita tentang sebuah dongeng yang menceritakan tentang seorang raja dan perdana menteri di sebuah kerajaan. Sang perdana menteri memiliki kebiasaan untuk selalu menjawab “Baik” ketika ditanya, tanpa memperhatikan konteks pertanyaannya. Suatu hari, sang raja tanpa sengaja memotong jarinya saat memotong buah, namun dalam kondisi yang tidak mengancam nyawanya. Setelah diobati, sang raja menanyakan keadaan jarinya kepada perdana menteri, namun sang perdana menteri tetap menjawab dengan kata “baik”. Sang raja marah dan memasukkan sang perdana menteri ke dalam penjara.
Suatu ketika, sang raja pergi berburu dan tersesat, lalu tiba di sebuah perkampungan penyembah berhala. Ia ditangkap dan akan dijadikan korban bagi Dewa. Namun, saat akan dipenggal oleh dukun kampung, dukun melihat jari raja yang terluka dan memutuskan untuk tidak meneruskan aksinya, karena korban yang dijadikan sebagai persembahan kepada Dewa haruslah sempurna dan tanpa cacat. Dalam akhir cerita, sang raja berhasil kembali ke istana dan merenung bahwa perkataan perdana menterinya terbukti benar, bahwa cedera yang dialaminya adalah suatu hal yang baik.
Buku ini mengajarkan kita untuk selalu memiliki sikap berhusnudzon kepada Allah, karena apa pun yang Allah tetapkan adalah hal yang baik, meskipun mungkin kita tidak menyukainya. Dalam kehidupan ini, seringkali kita dihadapkan pada situasi atau kejadian yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Namun, sebagai hamba Allah yang baik, kita harus selalu berusaha untuk bertawakal dan mempercayai bahwa segala yang Allah tetapkan adalah yang terbaik bagi kita, meskipun pada awalnya mungkin sulit dipahami atau diterima oleh pikiran dan hati kita. Dengan berhusnudzon kepada Allah, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, sabar, dan penuh rasa syukur. Kita akan belajar mengambil hikmah dari setiap pengalaman, menggali potensi diri, dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita. Jadi, mari kita tanamkan sikap berhusnudzon dalam diri kita dan menerima segala ketetapan Allah dengan hati yang lapang, karena yang Allah tentukan adalah kebaikan bagi kita, baik itu dalam bentuk keberhasilan maupun cobaan.